Resume Ke : 11
Gelombang : 21
Tanggal : 27 Oktober 2021
Tema : Kiat menulis Cerita Fiksi
Narasumber : Sudomo, S.Pt
Pada abad ke 21 masehi hiduplah seorang pemuda yang gagah dan rupawan mengembara dan bertualang mencari ilmu sampai ke pelosok negeri, bukan ilmu kanuragan juga bukan ilmu silat yang dicari. Tetapi ilmu pengetahuan, agar menjadikan dia sebagai seorang yang berbudi pekerti yang luhur. Pemuda ini berjalan ke setiap negeri untuk dia singgahi, dengan tujuan agar bisa bertemu dengan guru yang mau mengajarkan tentang ilmu pengetahuan. Setiap kali negeri yang disinggahi disitulah bertemu dengan seorang guru, puas menimba ilmu di guru yang satu pemuda ini pergi ke negeri lain untuk mencari guru yang baru.
Pada akhirnya sudah sepuluh kali pemuda ini singgah di negeri yang berbeda dengan mendapatkan ilmu yang berbeda, tibalah sekarang berada di negeri yang bernama Lombok yang berjuluk Pulau seribu Masjid . Di negeri ini, tepatnya di salah satu tempat persinggahan terlihatlah seorang bapak-bapak paruh baya berkacamata serta berbaju batik. Sampailah ditelinga pemuda itu bahwa menurut kabar yang beredar di masyarakat beliau adalah seorang guru yang bernama Sudomo, S.Pt, beliau adalah salah satu pengajar di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat NTB. Kesibukan diwaktu luang adalah menulis fiksi dan berbagi pengalaman selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Menurut masyarakat setempat, sepak terjangnya di dunia cerita fiksi sudah tidak diragukan lagi kehebatannya.
"Sepertinya inilah guru yang cocok menurunkan ilmunya untuk mengajarkanku tentang bagaiman menulis cerita fiksi yang baik, yang kelak akan menjadikan aku sebagai penulis fiksi ditanah kelahiranku nanti". Gumam sang pemuda.
Pemuda ini terus mengamati gerak gerik sang guru tadi, hinggaakhirnya sang pemuda mencari informasi tentang keberadaan dimana sang guru tersebut tinggal.
Sang pemuda menghampiri seorang pelayan penginapan.
"Tuan, tahukah dimana tempat tinggal bapak yang berkacamata dan berbaju batik itu?" tanya sang pemuda.
"Ooo..itu. Bapak guru Sudomo yang tinggal di Jalan Adi Sucipto Gang Perjuangan RT 004 RW 023 Lingkungan Baturaja Kelurahan Ampenan Tengah Kecamatan Ampenan Kota Mataram NTB" jawab sang pelayan.
" Ada keperluan apa ananda menanyakan beliau ?"lanjut sang pelayan.
" Mau belajar tentang ilmu menulis fiksi. Terimakasih informasinya tuan, saya permisi" jawab pemuda sambil beranjak.
Tidak menunggu lama, pemuda inipun permisi meninggalkan pelayan tadi.
Keesokan harinya pemuda ini menuju ke alamat yang sudah didapat dari pelayan penginapan tadi. Setelah menemukan lokasi rumah sang guru, pemuda tadi mengetuk pintu dan mngucapkan salam. Dan benar saja pria berkacamata paruh baya keluar membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.
Dengan penuh percaya diri pemuda ini menyampaikan maksud dan tujuannya menghadap. Yang akhirnya memperkenalkan diri kepada sang guru, dan sang guru mendengarkan cerita sang pemuda sehingga sampailah ke negeri ini. Begitu pula sebaliknya, sang guru pun dengan penuh bijaksana memperkenalkan diri dan bercerita tentang pengalaman sang guru sampai menjadi seorang penulis fiksi yang hebat.
Berawal dari passion untuk menulis fiksi tahun 2009, akhirnya bergabung dengan komunitas menulis fiksi, mengikuti berbagai kompetisi, dan akhirnya benar-benar jatuh cinta dengan tulisan fiksi. Kemudian menekuninya melalui kelas-kelas menulis fiksi termasuk pernah lolos dalam seleksi workshop menulis cerpen Kompas. Yang awalnya sebenarnya saya justru minder. Hal ini karena merasa berbeda. Namun, ternyata respons pembaca luar biasa. Begitulah perkataan sang guru mengawali perbincangan dengan pemuda tadi.
"Saya pernah mendengar guru pernah menjadi peserta belajar menulis angkatan 16. Yang sempat viral karena selalu membuat tulisan dalam bentuk cerita fiksi". Sela pemuda tadi.
"Benar apa yang kamu bilang, dulu pernah menjadi pelajar dipadepokan bimbingan guru besar Om Jay. Tapi sebenarnya tidak berekspetasi apa-apa hingga menjadi viral di padepokan. ". Sahut sang guru.
"Guru, apa yang menjadi alasan kita untuk belajar menulis fiksi". Tanya pemuda ini tak sabar.
"Menurutku banyak alasan mengapa kita harus bisa menulis fiksi. Beberapa hal penting diantaranya terkait ANBK. Salah satu komponen dalam AKM atau ANBK adalah literasi, yang biasanya berisi teks literasi fiksi." Jawab sang guru denga penuh semangat.
Dengan penuh ekpresi keingintahuan yang besar sang pemuda ini memandangi dan mendengarkan dengan seksama sang guru. Dan sang guru pun melajutkannya perkataannya.
Ketika mampu menulis cerita fiksi tentu akan lebih mudah dalam membuat soal latihan AKM untuk dikerjakan muridnya. Setidaknya tidak hanya mengandalkan soal-soal latihan saja, namun bisa membuat sendiri untuk kebutuhan sehari-hari.
Secara umum syarat-syarat menulis cerita fiksi sama dengan menulis ke dalam bentuk lainnya. Bedanya terletak pada kebiasaan kita sebagai penulis untuk mengembangkan imajinasinya. Imajinasi akan berkembang jika kita membaca buku-buku fiksi yang ada, dengan banyaknya membaca cerita fiksi kita juga bisa belajar tentang gaya penulisan serta menghadirkan banyak penalaman dan pemahaman baru terkait menulis cerita fiksi. Tidak cukup juga hanya dengan membaca, tetapi harus disertai dengan latihan menuliskannya.
Bentuk cerita fiksi bermacam-macam, yang umum biasa kita kenal adalah berupa cerpen dan novel. Cerpen biasanya hanya satu konflik, sedangkan novel lebih rumit dengan banyak konflik. Bentuk lainnya bisa berupa fiksimini, flashfiction, pentigraf dan juga novela.
- Fiksimini yaitu fiksi singkat beberapa kata, tetapi merupakan cerita utuh.
- Flash fiction yaitu karya fiksi yang sangat singkat, bahkan lebih ringkas dari cerita pendek, yang panjangnya sekitar 200-500 kata saja.
- Pentigraf, merupakan akronim dari cerpen tiga paragraf tidak kurang dan tidak lebih. Karya sastra jenis baru ini pertama kali digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono.
- Novela, merupakan sebuah karya sastra yang memiliki bentuk lebih kecil dari novel. Istilah dari novela berasal dari bahasa Italia, novella (jamak: novelle).
Unsur-unsur pembentuk
1. Tema, merupakan gagsan utama dari cerita atau ide pokok dari cerita.
Tips dalam menentukan tema
- Dekat dengan penulis
- Menarik perhatian penulis
- Bahan mudah diperoleh
- Ruang lingkup terbatas
Cara menentukan tema
- Menyesuaikan minat
- Mengangkat kehidupan nyata
- Berimajinasi
- Membaca
- Mendengarkan curahan hati
Contoh Tema: Berkah kejujuran; Pendidikan dan kemiskinan;
- Persahabatan tiga anak SD; Pengalaman siswa selama Belajar di Rumah;
- Perjuangan guru selama Pembelajaran Jarak Jauh
2. Premis, merupakan ringkasan cerita dalam satu kalimat
Unsur-unsur premis
- Karakter
- Tujuan tokoh
- Rintangan/halangan
- Resolusi
Cara membuat permis, tuliskan maisng-masing unsur kemudian dirangkai menjadi satu kalimat. Contoh Premis : Seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA.
3. Alur / Plot, merupakan rangkaian urutan kejadian dalam cerita.
Macam-macam alur
- Alur maju "progesi", merupakan peristiwa yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan waktu kejadian dari awal hingga akhir kejadian. Alur ini sangat cocok bagi penulis pemula, karena lebih mudah dan sesuai dengan kronologi cerita serta tak terlalu berat dalam menyusun transisi waktu.
- Alur mundur "regresi", alur yang menceritakan tetang masa lampau dan menunjukkan klimaks diawal. Menariknya alur mundur, kita dibawa ke masa lampau yang seakan-akan ada rahasia besar yang ingin diuangkap. Alur ini harus memperhatikan transisi waktu serta punya latar belakang konflik yang kuat.
- Alur campuran atau maju mundur, merupakan alur yang menggabungkan alur maju dan mundur. Alur ini diawali dengan klimaks, kemudian melihat masa lampau, da dilanjutkan sampai selesai. Tahapan: klimaks-peruwitan-awal-antiklimaks-penyelesaian.
- Alur flashback atau sorot balik merupakan alur yang akan membawa anda masuk ke akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Penulis bisa memulai dari klimaks, kemudian kembali lagi ek awal cerita. Tahapannya: Klimaks-antiklimaks-akhir-peruwitan-awal
- Alur kronologis, merupakan alur yang disusunan atas peristiwa berjalan sesuai dengan urutan waktu terjadi, dalam alur ini terdapat hitungan jam, menit, detik, hari dan sebagainya.
- Alur Menanjak, merupakan jalinan peristiwa dalam karya sastra yang makin lama makin menanjak, tanpa ada peleraian, sampai cerita itu selesai di puncaknya.
- Alur klimaks, merupakan alur yang sebelum selesai harus ada klimaksnya terlebih dahulu.
- Alur antiklimaks, merupakan alur dengan susunan peristiwanya makin menurun dari peristiwa menegangkan kemudian menjadi kendor dan berakhir dengan peristiwa biasa.
Unsur-unsur alur/plot, unsur ini urutannya bisa berubah tergantung pada jenis alur yang digunakan, berikut ini unsur-unsur nya:
- Pengenalan cerita, pada bagian ini penulis/pengarang akan memperkenalkan tokoh utama. Menata adegan cerita dan hubungan antar tokoh yang ada.
- Awal konflik, selanjutnya pada bagian ini penulis/pengarang akan memunculkan kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan permasalahan.
- Menuju konflik, penulis/pengarang akan meningkatkan permasalahan yang dialami oleh tokoh. Dan memunculkan momen-momen yang paling menegangkan dan ditunggu-tunggu.
- Konflik memuncak/klimaks, klimaks merupakan puncak dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh tokoh. Pada bagian ini pula, tokoh dalam cerita akan dihadapkan dalam penentuan akhir yang akan dialaminya. Baik itu merupakan keberhasilan atau kegagalan, biasanya menjadi penentu nasib dari tokoh tersebut.
- Penyelesaian/ending, ini adalah tahap akhir cerita yang tertuang pada bagian ini. Menjelaskan bagaimana nasib tokoh dalam cerita tersebut, apakah berakhir bahagia, buruk atau menggantung.
4. Penokohan, merupakan pelaku dan perwatakan yang ada dalam cerita. Melukiskan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan didalam sebuah cerita. Yang mempunyai makna lebih luas daripada tokoh, berikut ini macam-macam tokoh
- Protagonis, tokoh yang menampilkan atau menggambarkan watak yang baik dan positif. Tokoh ini dapat menyita empati dan perhatian pembaca dan dielu-elukan pembaca.
- Antagonis, tokoh ini merupakan lawan dari protagonis. Antogins menjadi salah satu tokoh yang menimbulkan konflik dalam cerita. Yang merupakan penggambaran watak yang buruk dan negatif, biasanya dibenci pembaca. Rata-rata penulis/pengarang memberikan porsi yang banyak pada tokoh antagonis sehingga menyita perhatian pembaca.
- Tritagonis, disebut sebagai karakter ketiga atau penengah. Menggambarkan watak yang bijak yang berfungsi sebagai pendamai atau jembatan atas penyelesaian konflik.
- Figuran, merupakan tokoh atau [peran yang kurang berarti dalam cerita. Sebagai peran pembantu yang berbeda dengan penggolongan tiga tokoh sebelumnya, digolongkan kedalam jenis tokoh berdasarkan tingkat pentingnya peran.
5. Latar/Setting, merupakan penggambaran waktu, tempat dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Ada beberapa jenis latar, latar waktu, latar termpat, latar suasana, latas sosial, latar material, dan latar integral.
Sudut pandang penulis, merupakan cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam panmdangan tokoh cerita. Macam-macam sudut pandang :
- Sudut pandang orang pertama tunggal, sudut pandnag orang pertama tokoh utama, hal ini menjadikan penulis seolah-olah menjadi tokoh utama atau tokoh sentral dalam cerita.
- Oang pertama jamak, mirip dengan orang pertama tunggal, hal yang membedakannya terletak pada kata gantinya mengunakan kata "kami". Menjadikan seolah-olah penulis menjadi seorang yang bicara meakili beberapa orang.
- Orang kedua, car apenulis menempatkan diri atau seorang pembaca di dalam cerita, dalam penulisannya menggunakan kata ganti sebagai pemeran kamu.
- Orang ketiga tunggal, digunakan penulis dengan memposisikan penulis berada diluar cerita dan tidak terlibat di dalam cerita. Biasanya menggunakan kata ganti "dia".
- Orang ketiga jamak, menggunakan kata ganti mereka untuk menyebut para tokohnya. Penulis mengisahkan cerita berdasarkan persepsi dari banyak tokoh secara sekaligus di dalam cerita.
- Campuran , sudut pandang ini menempatkan posisi penulis sebagai orang pertama, orang kedua dan bahkan orang ketiga.
Menutup ceritanya yang panjang sang guru menghela nafas yang panjang, dan sang pemuda hanya terbengong-bengong memandangi dan mendengarkan sang guru berbicara panjang lebar.
"Kenapa terbengong wahai pemuda, dapat memahami yang saya sampaikan atau malah membuatmu bingung". Ucap sang guru sambil tersenyum.
"Wow..luarbiasa guru, bolehkan saya mengajukan pertanyaan?" tanya sang pemuda.
"Boleh, silahkan. Apa yang akan kamu tanyakan?" ucap sang guru.
" Guru, bagaimana proses menulis cerita fiksi agar menjadi kreatif?" tanya sang pemuda kembali.
Dengan penuh percaya diri sang guru memberikan jawaban kepada pemuda itu sambil sesekali menghela nafas menunjukkan betapa sabarnya sang guru dalam menurunkan ilmunya kepada pemuda tersebut.
- Niat, motivasi diri sendiri untuk memulai dan menyelesaian tulisan
- Baca fiksi orang lain, merupakan upaya yang dilakukan dalam menemukanbahan belajar/referensi berupa ide, pemilihan kata, gaya dan teknik penulisan.
- Ide dan genre, segera catat sat ide mendadak muncul, kembangkan dengan imajinasi serta pilih genre yang disukai dan dikuasai.
- Outline, kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi, menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi, membuat premis sesuai tema, menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsurnya, menentukan penokohan, menentukan latar belakang dan sudut pandang.
- Menulis, buka cerita dengan baik(dialog, kutipan, kata unik, konflik)
- Swasunting, lakukan setelah selesai menulis, jangan lakukan menulis sambil mengedit. Agar fokus pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan dan logika cerita. Jangan lupa menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) dan pedman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Belum selesai sang guru mengambil nafas kembali, sang pemuda kembali bertanya.
"Itulah okenya menulis cerita fiksi. Kita sebagai penulis bisa numpang curhat lewat tulisan. Agar 'sembunyi' lebih aman, kita bisa mengganti tokoh, latar atau sudut pandang. Kita pakai temanya saja kemudian tambahkan bumbu-bumbu penyedap biar lebih dramatis dan enak dibaca?" tanya pemuda dengan penuh penasaran.
"Seperti yang sudah saya singgung pada jawaban sebelumnya, yaitu terkait dengan teknik show don't tell. Jadi kalau misalnya kita menggambarkan tokoh sedang sedih, kita bisa menuliskan sedihnya seperti apa tanpa harus menuliskan langsung bahwa tokoh sedang sedih." Jawab sang guru dengan singkat.
Pertanyaan demi pertanyaan disampaikan ssang pemuda kepada guru, yang kemudian sang guru menjawabnya dengan panjang lebar. Sampailah waktu beranjak sore, matahari sudah mulai masuk ke peraduannya. Tampak wajah sang pemuda kelihatan berseri-seri, menandakan puas terhadap ilmu yang diberikan oleh sang guru kepadanya.
"Maaf guru, hari sudah beranjak sore. Ijinkan saya undur diri dan permisi untuk melanjutkan petulangan kembali mencari ilmu. Dan terimakasih atas ilmu yang guru berikan, semoga bermanfaat kedepannya." Ucap sang pemuda sambil membungkukkan badan untuk menghormat.
"Baiklah ananda, selamat berjuang mencari ilmu kembali, doaku bersamamu semoga berhasil dalam menempuh jalan hidupmu." Jawab sang guru sambil memegang pundak pemuda.
Sejurus kemudian, langkah kaki pemuda yang berjalan menjauhi rumah sang guru membuat badannya mulai tenggelam seiring dengan bergantinya sore menjadi malam.